Bermula dari sebuah telepon seorang kawan. Kawan yang bisa
dibilang pernah menjadi atasan saya., menjadi presiden di saat saya menjabat
sebagai menteri dalam sebuah organisasi yang kini telah membuat saya menjadi
seorang demisionare.
Sempat kaget melihat namanya tertera dalam telepon genggam
saya. Terbesit dalam benak “utang apa yang belum saya bayar? Kewajiban apa yang
belum saya penuhi? Amanah apa yang belum saya tunaikan?,” dan semuanya
terhempas setelah saya mendengarkan kalimat demi kalimat yang dihaturkannya
dalam jaringan on air tersebut.
Sebuah ajakan untuk ikut memberikan outbond kemudian menjadi
pertimbangan dan jujur sedikit menarik minat saya. Sama sekali tidak
terpikirkan dalam pikir saya untuk memiliki keluarga baru di dalamnya. Yang saya
pikirkan hanyalah sebuah pengalaman baru yang bisa saya terapkan dalam lapangan
suatu saat di tempat dan waktu yang lain.
Enggan adalah sikap yang pertama kali saya simpan dalam hati
ketika saya harus datang ke perumahan elit (Fajar Indah_red) di kota Solo ini
demi rapat dan menyiapkan segala sesuatu untuk outbond keesokan harinya. Bukan malas
bertemu komunitas baru atau apa, namun karena jarak perumahan tersebut dengan
tempat tinggal saya di kota rantau ini lumayan jauh.
Untung saja, pada hari H rapat tersebut, ada seorang adik
tingkat yang ternyata telah bergabung lebih dulu di Exposs mengirimkan sms
untuk ikut nebeng di kendaraan saya. Tentunya saya senang karena saya tak perlu
mencari alamat baru sendirian malam-malam.
Sejak saat itulah, saya mulai mengenal lebih dalam
orang-orang yang mungkin nanti akan sering saya mimpikan atau saya sebut
namanya. Mereka adalah Pak Hendra, Pak Himawan, Pak Tarno, Pak Dikdoyo, Pak
Hariyanto, Mas Lalang, Mas Tama, Mas Fajar, Mbak Opy, Puput dan Ichong, ada
lagi si kecil Bila dan Naya yang membuat saya terpesona saat pertama kali
jumpa. Sebenarnya masih banyak lagi nama yang menjadi bagian dari keluarga ini,
namun saya belum pernah berada dalam satu lapangan.
Sampai hari ini
(Minggu, 22 April 2012: 01.51) baru tiga kali acara yang saya ikuti, namun saya
merasa telah nyaman dan memiliki kerabat baru. Yap., saya senang dan merasa
bebas (berbeda dengan pekerjaan ‘kantoran’ yang juga sedang saya geluti).
Saya tak pernah tahu, apakah kenyamanan tersebut akan terus
bertahan, ataukah itu hanya pengalaman sementara. Tidak pernah ada kontrak yang
saya tanda tangani (berbeda dengan pekerjaan 'kantoran' yang telah memiliki SK). Lanjut
atau tidaknya saya di exposs mungkin merupakan hak saya dan bukanlah suatu
kewajiban yang mengikat, namun sayangnya, juga bukan merupakan otoritas saya. Hanya
sebuah ketulusan, profesionalitas, dan keramah-tamahan yang mungkin akan
membuat saya terus melanjutkan misi saya di aktivitas baru ini.